Bersantai di atas ketinggian 2870 mdpl: Gunung Lompobattang
>> Friday, December 7, 2012
Malam
itu aku berada di pos 9 lompobattang pas lagi panas-panasnya kota
Makassar tentang isu kenaikan BBM. Para demostran turun ke jalan tapi
aku malah mendaki gunung. Aku duduk dalam tenda ditemani segelas teh
dingin padahal baru 5 menit yang lalu masih panas, udara yang menusuk
hidung serta angin yang bertiup kencang. Syukurnya cuaca malam itu lagi
cerah kutengok keluar begitu banyak bintang-bintang bertebaran diangkasa
sana, sungguh indah, hiasan alam yang eksotik dan sangat jarang
terlihat di kota-kota besar, karena cahaya lampu yang begitu terang
dimalam hari. Kini
kembali kupuaskan mataku melihat ke arah barat jelas nampak lampu-lampu
kota yang tak kalah mengagumkan ditengahnya terdapat danau atau apalah
itu terlihat hanya daerah tersebut yang gelap gulita. Aku tak lama
berada diluar jaket berlapis yang ku kenakan mampu diterobos dinginnya
gunung lompobattang. Ku lirik jam tangan ku kini tepat pukul 22.30 aku
menuju pembaringan berharap besok akan cerah, tak sabar rasanya ingin
melihat padang edelweis di atas tranggulasi.
Matahari mulai menampakkan sosoknya udara masih terasa dingin, enggan rasanya menanggalkan slepping bag yang
menutupi badanku. Kutengok jam tanganku ternyata sudah pukul 8 pagi.
Aku segera begegas setelah mengumpulkan semangat kemudian cuci muka.
Sebelum menuju tranggulasi kusempatkan membuat sarapan. Kali ini hanya
beberapa potongan roti panggang saja yang mengisi perutku. Kabut mulai
menutupi punggungan gunung, jarak pandang mulai terbatas kini tepat
pukul 9 pagi akupun selesai sarapan. Kupasang sepatu boggie coklat ku
yang sudah tua dengan beberapa goresan-goresan namun masih kokoh. Kini
kumulai berdoa dan kemudian berangkat. Melewati semak-semak, berpegangan
pada pohon-pohon bongsai dan mendaki beberapa tanjakan bebatuan yang
cukup menguras tenaga namun semangatku
memberi dorongan untuk terus melangkah. Hanya membutuhkan waktu kurang
lebih 20 menit kini aku sudah tiba tepat di atas tranggulasi. Kabut
masih menutupi jarak pandangku yang terlihat hanya punggungan gunung
saja. Kuberistrahat sejenak sambil menunggu angin betiup membawa kabut
yang berada tepat di hadapanku.
Sambil duduk santai kukeluarkan vedples yang
berisi air putih yang cukup dingin dan sebungkus biscuit menemaniku
meninkmati ketinggian 2870 mdpl. Selang beberapa menit yang kutunggu
kini telah tiba, pemandangan yang sangat indah terpampang jelas di
hadapaku. Terlihat sekeliling punggungan gunung tumbuh bunga edelweis
(bunga
abadi), bunganya berwana putih berukuran kecil ditengahnya berwana
kuning. pemandangan yang sangat indah sangat memanjakan mata, tak puas
memandangi padang bunga edelweis kini mataku tertuju pada pemandangan
yang tak kalah indahnya. Kini telihat kumpulan awan yang berada diatas
kota dapat terlihat jelas bak lautan lepas, ditambah pemandangan lembah
yang sangat hijau sunggguh panorama alam yang sangat eksotik. Terus
saja kupuaskan diriku menikmati ciptaan Tuhan di puncak gunung
Lompobattang
Waktu
berjalan terasa begitu cepat kulihat jam tanganku lagi ternyata sudah
pukul 1 siang, waktu nyantai kupun habis di ketinggian 2870 mdpl, aku
pun bergegas turun. Setibanya di pos 9 aku langsung packing nanti
di pos 3 baru makan siang pikirku. Sementara packing kabut kembali
datang disertai rintik-rintik hujan. Kupercepat membereskan
barang-barangku, pakaian, sleping bag, tenda, logistik dan terakhir
trangia kini carrier ku pun siap di angkut. Kuearatkan tali sepatuku dan
kembali kuberdoa setelah itu langsung tancap gas.(fuadM)
0 komentar:
Post a Comment