A s h a r
E.078.05.L0.85.FS-UH
Dusun Pattiro adalah satu dari beberapa dusun yang terletak di kaki gunung Lompobattang. Dusun ini merupakan wilayah dari desa Manimbahoi kecamatan Parigi, hasil pemekaran dari kecamatan Tinggi Moncong kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Dusun Pattiro terletak sekitar 75 km sebelah Tenggara Makassar yang terletak pada ketinggian 1110 mdpl. Secara geografis desa Pattiro berada pada: 119˚ 51’ 30’’ LS dan 4˚18’ 10’’ BT. Sedangkan secara administratif terletak di:
Sebelah utara berbatasan dengan : Desa Raulo
Sebelah selatan berbatasan dengan : Bulu Maccinri
Sebelah timur berbatasan dengan : Desa Borongbulo
Sebelah barat berbatasan demean : Bulu Pattangang
Nama dusun Pattiro berasal dari bahasa Makassar yang artinya melihat dari atas ketinggian. Dusun Pattiro berpenduduk 538 jiwa dengan 123 kepala keluarga. Penduduk yang mendiami dusun Pattiro terdiri dari dua bagian besar. Penduduk aslinya disebut Tobutta sedangkan untuk penduduk pendatang disebut Tolili. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani.
Dusun Pattiro mengalami pertambahan peduduk yang pesat pada tahun 1970. Penduduk pendatang tersebut berasal dari perbatasan Kabupaten sinjai yaitu Ta’binjai.
Di dusun Pattiro dan desa manimbahoi umumnya, suasana kerajaan masih sangat kental. Walaupun berada di wilayah kabupaten Gowa, dusun Pattiro tidak menganut sistem somba dalam sistem pemerintahannya melainkan mereka menganut sistem Gallarang yaitu sistem pemerintahan yang terdiri dari 12 orang petinggi yang memegang peranan masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Ke duabelas petinggi tersebut yang masih bertahan sampai sekarang adalah:
- Gallarang toa adalah orang yang bertugas menentukan gelar dan pengambil keputusan. Tugas tersebut juga berlaku untuk gallarang tangga dan gallarang lolo
- gallarang tangga
- gallarang lolo.
- Anak gallarang adalah orang yang bertugas sebagai mentri atau pelaksana
- Tau toa adalah orang yang dituakan sebagai penasehat. Tau toa adalah seorang laki-laki
- Anrong parrasanging adalah juga sebagai penasehat dari keduabelas gallarang. Anrong Parrasanging adalah seorang perempuan
- Tobaraniya adalah orang yang bertugas sebagai pelindung
- Sanroa orang yang bertugas sebagai dukun Gallarang
- Pinati adalah orang yang bertugas untuk mengatur air dalam pertanian
- Imang adalah orang yang bertugas sebagai guru
- Suro adalah orang yang bertugas sebagai pelaksana tugas atau tim tekhnis
- Anrong adalah pemimpin dari gallarang
Sebagai masyarakat gallarang strata sosial masih dipandang oleh masyarakat pattiro dan sekitarnya. Strata sosial yang dimaksud adalah sebagai berikut:
- Karaeng : Keturunan raja
- Patta : Bapak karaeng dan ibu daeng
- Andi : Bapak patta dan ibu orang biasa
- Ana : Bapak daeng dan ibu patta
- Puang : Sejajar tapi tak seimbang, keturunan karaeng tapi kawin
dengan janda/duda
- Daeng : Sebagian puang sebagian orang biasa
- Ambe : Keturunan orang biasa
- Uwa : Keturunan budak
Dalam adat gallarang teko sering dilaksanakan upacara-upacara adat. Adapun upacara-upacara yang pelaksanaanya tidak boleh dimulai apabila keduabelas gallarang belum datang itu antara lain:
- Appatinro Bine adalah upacara yang dilakukan sebelum musim tanam padi. Upacara ini hanya dilaksanakan 1 kali dalam tiga tahun di balla lompoa
- A’balisumange yaitu upacara yang dilaksanakan sesudah panen di rumah sanro (dukun)
- Assaukang yaitu upacara sukuran di hulu air yang digunakan untuk pertanian yang dilaksanakan sesudah panen
- Nganre pare lolo (pakan padi muda) yaitu upacara syukuran yang dilaksanakan dengan mengumpulkan padi masing-masing satu ikat dari setiap petani yang dilaksanakan di balla lompoa
- Attompolo atau aqikah.
Keseluruhan upacara adat tersebut adalah upacara menyangkut hal pertanian
Selain masih kental dengan upacara adatnya. Gallarang teko juga masih memegang teguh hukum adat yang berlaku turun-temurun. Contoh kasus yang pernah terjadi; Apabila ada dua orang yang kawin lari, maka apabila mereka kembali ke kampung mereka,dan berniat untuk baik dan minta maaf atas kasalahannya maka mereka harus membayar denda berupa uang sejumlah dua kali lipat dari mas kawin, keris,kain putih dan sarung setelah itu mereka harus menyediakan makan untuk warga kampung yang datang. Apabila hanya salah satu dari mereka kembali dan mengakui kesalahannya dan minta maaf, maka dia harus menghadap ke balla lompoa dan bersiap untuk didenda dengan uang sejumlah dua kali lipat dari mas kawin, keris, kain putih dan sarung. Denda berupa uang dibagikan secara merata kepada kepal desa, imam desa, ketua RK dan RT.
Konon sebelum masuknya sistem hukum Negara di pattiro, hukum adat yang berlaku antara lain dihukum gantung bagi orang yang membunuh dan memperkosa saudara dan anak. Bagi orang yang berzina maka akan diberi hukum yang namanya pela atau diusir dari kampung halamannya. Sementara untuk keamanan kampung, ada kelompok masyarakat yang terdiri dari para lelaki yang apabila terjadi pencurian, pelakunya akan dihakimi sampai meninggal. Dengan alasan takut akan adanya provokasi, kelompok tersebut dibubarkan.
.
* * *
Bagaimana masyarakat Pattiro memandang gunung?
Sebagai Masyarakat kaki gunung, masyarakat Pattiro masih mempercayai kekuatan-kekuatan mistik yang terdapat pada gunung disekitar dusun mereka. Terdapat beberapa gunung yang dipercaya oleh masyarakat Pattiro memiliki kekuatan mistik. Gunung tersebut adalah Gunung Lompobattang, Bawakaraeng, Batu Maccinri dan Bulu Muncua. Keempat gunung tersebut mereka anggap sebagai bagian dari tujuh bersaudara. Gunung yang lain adalah Latimojong, Bulusaraung dan Patalassang.
Gunung Bawakaraeng (2830 mdpl) dianggap gunung yang paling banyak menyimpan kekuatan ghaib. Gunung Bawakaraeng dianggap sebagai saudara laki-laki dari Gunung Lompobattang yang perempuan. Konon katanya Bawakaraeng pernah menampar Lompobattang hingga miring sampai sekarang dikarenakan Lompobattang ingin mengalahkan ketinggian Bawakaraeng.
Masyarakat mempercayai ada 41 nabi yang bersemayam di puncak Bawakaraeng. Hal itu yang mendasari kepercayaan masyarakat bahwa apabila naik ke puncak Bawakaraeng sebanyak 41 kali maka akan dianggap sebagai haji kecil. Dari nabi-nabi yang ada di puncak bawakaraeng, terdapat seorang nabi yang dianggap paling membawa pengaruh. Nabi tersebut adalah nabi Hiller. Nabi hiller yang dianggap sebagai ayah dari Syech Yusuf konon adalah nabi yang menguasai air. Sumur yang biasanya langka terdapat di puncak-puncak gunung yang tinggi justru terdapat di Gunung Bawakaraeng.
Ada beberapa tempat yang dianggap masyarakat memiliki keistimewaan masing-masing.
- Palantikang yang dipercaya masyarakat sebagai tempat dilantiknya ke41 nabi yang bermukim di puncak Bawakaraeng.
- Batu bertubuh wanita. Dipercaya bisa memberikan jodoh dengan melakukan ritual khusus untuk itu
- Tanah Mekkah, terdapat di pos12 yang digunakan oleh masyarakat untuk menyimpan sesajen
- Bungung Barania, adalah sumur yang berada di pos 11. sumur ini memiliki air yang dipercaya memiliki banyak khasiat
Selain tempat tempat tersebut, ada beberapa jenis tumbuhan yang dipercaya masyarakat mempunyai khasiat antara lain:
- Pohon Ketubi, berkhasiat untuk obat yang sangat mujarab
- Lida Padalle, dipercaya masyarakat sebagai alat pembunuh yang lebih tajam dari keris. Pohon ini terletak di sekitar tanah mekkah. Daunnya harum menyerupai jeruk.
- Pohon rotan yang ruasnya berhadapan, dipercaya sebagai jimat untuk sukses dalam berdagang.
Untuk mendaki Bawakaraeng, tidak dengan naik begitu saja. Konon, untuk naik ke puncak Gunung Bawakaraeng (pos 10) tidak diperbolehkan untuk bertolak pinggang, pegang lutut, menggunakan tongkat dan melafalkan kata-kata bernada capek karena dianggap menghina para penghuni yang ada di puncak. Selain itu, tidak boleh berlomba-lomba dalam mendaki sampai ke puncak. Orang yang terlebih dahulu meninggalkan rumah, harus orang itu juga yang tiba terlebih dahulu.
* * *
Selain upacara adat yang semuanya dilaksanakan sebagai tanda syukur atas hasil pertanian. Masyarakat juga memiliki keunikan tersendiri dalam melaksanakan pelbagai upacara seperti pernikahan, kelahiran dan kematian
Dalam upacara perkawinan, dikenal beberapa istilah dalam adat masyarakat pattiro yaitu Jangang-jangang artinya mengintai atau melihat calon istri yang nantinya akan dilamar, Assuro artinya melamar perempuan, Sompa artinya benda-benda yang dibawa sebagai harga wanita yang akan dinikahi, Maburitta artinya Memanggil keluarga terdekat secara lisan. Cara pangginya pun cukup unik yaitu dengan membawa tembakau beserta kertas dan korek kemudian orang yang dipanggil melenting tembakau tersebut kemudian merokok, Mabadda artinya merias calon pengantin dan Ammatoang artinya pergi ke rumah mertua.
Yang unik dalam upacara kelahiran yaitu dalam prosesi pemberian nama kepada anak yang lahir. Nama bayi tidak diberikan oleh orang tua sang bayi namun diberikan oleh tetua adapt. Caranyapun sangat unik yaitu dengan mengumpulkan beberapa nama yang dituliskan pada kertas selembar kemudian dimasukkan ke dalam gelas untuk kemudian dilot. Nama yang keluar akan menjadi nama bayi tersebut.
* * *
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa sebagian besar masyarakat Pattiro berprofesi sebagai petani. Ada dua jenis tanaman pertanian yang dominan di dusun pattiro yaitu padi dan kopi.
Padi
Daerah pattiro merupakan daerah yang berada dalam jajaran punggungan gunung lompobattang. Sawahnya adalah jenis sawah berundak dengan pengairan yang mengunakan air yang berasal dari pegunungan Lompobattang.
Sebagaimana lazimya dalam penanaman padi, ada beberapa tahap dalam penanaman padi antara lain pembajakan, pembibitan, penanaman dan panen. Tapi yang unik didalam system pertanian masyarakat Pattiro yaitu setelah proses pembajakan yang dilakukan oleh kaum pria maka akan dilanjutkan dengan proses pembibitan dan penanaman padi dilakukan oleh perempuan. Para perempuan ini hanya diberi empat ikat padi dari setiap pemilik sawah yang dilakukan pada saat panen yang dilakukan bersama sama antara laki-laki dan perempuan.
Untuk menentukan waktu tanam, petani di desa pattiro masih menggunakan sistem perbintangan dan percaya akan mitos tentang hari baik. Masyarakat mengenal beberapa bintang yang mereka percaya sangat berpengaruh dalam berhasil tidaknya mereka dalam menggarap tanah pernaniannya.
- Bara’ babia
Bintang bara’ babia ditandai dengan hujan 40 hari sekitar bulan Februari. Jumlah bintang pada jenis ini adalah tujuh bintang. Bentuknya berupa segi empat dan tiga bintang melintang di dalamnya. Apabila bintang ini berada ditengah-tengah maka masyarakat enggan untuk menggarap tanahnya karena tanaman yang mereka tanam akan diserang oleh babi
- Bintang Pa’jeko
Bintang ini berbentuk pembajak sawah (rakkala). Bintang ini muncul pada bulan Januari. Bintang pa’jeko akan berjalan naik selama 14 hari dan akan berada ditengah selama 2-3 hari. Pada saat berada di tengah itulah petani menurunkan bibit. Dua bulan setelah itu bersamaan dengan bibit siap tanam, akan turun hujan deras.
- Bintang Purung-purung
Bintang jenis ini juga turun pada bulan Januari menyusul setelah bintang Pa’jeko. Bintang ini berjumlah 28 biji yang berkumpul tidak beraturan.
- Bintang Balla sipue-pue
Bintang ini terdiri dari 14 biji yang tersusun membentuk rumah yang sebelahnya tidak berdinding. Bintang ini muncul pada bulan maret. Apabila menanam padi di bulan ini, maka kemungkinan besar tidak akan berhasil.
- Bintang ayam
Bintang ayam adalah bintang yeng terdiri dari hanya satu bintang yang terang. Saking terangnya, bintang tersebut seolah-olah memiliki sayap. Bintang jenis ini ada dua macam yaitu bintang ayam yang ada di arah Bone dan bintang yang ada di arah Bantaeng. Bintang yang ada di arah bone akan muncul pada bulan april dan datangnya akan membawa hujan sedangkan bintang ayam bantaeng muncul pada bulan maret yang tidak membawa hujan.
Untuk urusan penangggulangan hama, masyarakat Pattiro sudah banyak yang sudah menggunakan pestisida. Namun masih ada juga yang masih bertahan dengan cara-cara tradisional seperti dalam menghalau wereng/nango atau kupu-kupu mereka menggunakan satu alat yang disebut Bunreng, alat yang berupa jaring untuk menangkap hama tersebut. Bahkan masih ada yang menggunakan mantra yaitu dengan menangkap satu dari wereng atau hama yang lainnya kemudian membacakan mantra kemudian meniupkannya terbang kembali.
Kopi
Jika kita berjalan disepanjang jalan di dusun Pattiro, Semua kebun yang dijumpai semuanya ditanami dengan kopi. Kopi merupakan andalan masyarakat dalam hal perkebunan. Selain harganya yang cukup lumayan di pasaran, kopi juga tidak membutuhkan perawatan khusus.
Tidak ada yang tahu pasti kapan pertama kali kopi masuk di Pattiro, yang mereka ingat bahwa yang membawa kopi itu masuk adalah orang Belanda melalui bantuan sembilan bibit per kepala keluarga. Jenis kopi yang berkembang rata-rata adalah masih dari jenis kopi pemberian tersebut yang dikenal masyarakat sebagai kopi Belanda padahal sebenarnya kopi tersebut adalah kopi jenis Robusta.
Seiring dengan perkembangan kopi di dusun Pattiro, Ada dua jenis kopi yang lain yang masuk setelah masuknya kopi belanda. Jenis kopi tersebut adalah kopi Arabika dan kopi Bantaeng.
Lompobattang (2874 mdpl) yang artinya perut besar merupakan satu dari beberapa puncak yang berada dalam jejeran pegunungan sulawesi. Salah satu puncak yang bersebelahan adalah gunung Bawakaraeng. Diantara kedua gunung tersebut mengalir sungai Jenne’berang yang merupakan penyuplai air bersih untuk daerah Makassar dan sekitarnya.
Gunung bawakaraeng memiliki beberapa nama antaralain Butta toa, Butta Lompoa dan butta salama
Ritual yang biasa dilakukan di puncak bawakaraeng untuk meminta sesuatu biasanya menggunakan tata cara islam seperti shalat dan berdoa yang mengunakan bahasa arab/campuran bahasa daerah
Pos merupakan tahap tahap yang ditempuh dalam mendaki gunung. Biasanya sebuah pos memiliki keistimewaan tersendiri seperti tempatjhnya lapang untuk istirahat atau dekat dengan sumber air.
Read more...