Hujan Sore-Sore Ala PPAB XV

>> Sunday, January 24, 2010






Tiada hari tanpa hujan. Itulah kodisi operasi lapangan Prosesi Penerimaan Anggota Baru (PPAB XV) Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Edelweis Fak. Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Hujan sudah mulai mengguyur sesaat setelah acara pelepasan di kampus yang digelar secara sederhana dengan format melingkar yang dilepas oleh PD III FIB-UH bapak Akin Duli. Hadir pula beberapa senior seperti kak Cannu, kak Enal, kak Jo, kak Imran serta Bang Nevy yang sempat memberikan beberapa nasehat.
Berangkat dengan menggunakan pete-pete (baca: angkot) sungguh merupakan sebuah pengalaman baru bagi kami. Biasanya pake bis Unhas atau truk yang kebetulan lewat menuju lokasi kegiatan atas bantuan pak polisi yang tentunya telah diurus seminggu sebelumnya. Dua pete-pete pangkep melaju dengan kecepatan sedang menerobos gerimis yang mengingatkan hangatnya kasur tempat tidur di kamar. Kurang lebih dua jam kami sampai juga di Pucak kabupaten Maros, lokasi start kegiatan ini.
Langit sudah mulai gelap lagi. Sebuah sungai besar sekitar 20 meter lebarnya harus kami seberangi dengan menggunakan perahu. Kami harus cepat-cepat kalau tidak mau di dahului oleh banjir. Bapak yang membawa perahu juga takut beroperasi jika air telah naik. Dengan kelincahannya, pengemudi perahu melawan derasnya arus menyeberangkan kami. Langit tambah hitam dan angin bertiup sangat kencang. Ipul mengarahkan peserta ke lokasi camp pertama. Tapi sayang, tempat tersebut telah ditanami jagung, terpaksa camp dialihkan ke lokasi alternatif sekitar 300 meter sebelah utara.
Hujan sudah turun, ponco ataupun raincoat sudah melekat di tubuh kami. Setelah sampai di lokasi, peserta mendirikan bivak dari ponco sementara para instruktur mendirikan camp 100 meter dari lokasi peserta.
Keesokan harinya, peserta diberi praktek materi navigasi oleh ipul. Seharian mereka dibawa berkeliling. Menentukan posisi di peta, membaca tanda-tanda alam, membaca kontur, dll. Sangat Nampak keluguan para peserta. Sangat Nampak jika mereka semua adalah pemula dalam kegiatan alam terbuka. Mulai dari pekingan hingga cara berjalan sekalipun. Sesekali instruktur tersenyum menyaksikan keluguan mereka. Termasuk ketika melihat ekspresi mereka ketika meraka tahu bahwa mereka harus kembali camp di tempat yang sama.
Jarak dari Pucak ke Taddeang (finish) sekitar 10 km. jarak tersebut ditempuh selama tiga hari jalan termasuk ketika peserta dilepas tanpa dampingan instruktur pada hari ke-4. Mereka hanya diberi titik sasaran kemudian dilepas. Para instruktur sempat cemas ketika pada malam hari para peserta tidak muncul juga di titik tujuan. Segera disusun rencana pencarian pada keeseokan harinya. Jam 6 pagi para instruktur sudah bergerak. Tidak sampai satu jam, peserta sudah ditemukan di sebuah rumah penduduk.
Hari terakhir adalah hari yang paling berat. Selain memang fisik telah terkuras, kami juga harus melewati karst yang licin dan terasa membosankan. Tidak ada pemandangan menarik. Yang ada hanya bongkahan karst yang gelap. Sebuah lorong harus kami lewati sekitar satu kilo. Menurut penduduk di sini banyak ular sawah. Mata kami siaga memperhatikan setiap lubang-lubang yang ada. Perasaan lega ketika terdengar suara adzan dari sebuah masjid dan tak lama kemudian kami menyaksikan jalan raya yang seminggu tak kami jumpai.
Akhirnya kami tiba di camp terakhir di sekitar tebing Depsos Bantimurung. Di sana sudah ada tim penjemput dengan tenda yang sudah tersedia. Hujan masih saja mengguyur tubuh kami.
Keesokan harinya ada materi PPGD serta aktifitas tambahan seperti rappling dan masuk gua Sarifa. Di dalam gua para peserta mendapat sedikit nasihat dari bang Nevy dan kak Cannu.
Hari Minggu kami bergegas untuk pulang. Pagi-pagi sekali kami merapikan semua peralatan. Sebenarny kami ingin bangun jam 5 pagi karena jam tujuh kami mau ke permandian Bantimurung memenuhi ajakan kak Adi. Tapi mungkin karena kelelahan, kami baru bangun sekitar jam 8.
Sekitar pukul 12 siang, kami meninggalkan lokasi. Sebelumnya beberapa orang masih menyempatkan diri mengunjungi permandian Bantimurung. Ada yang lebih memilih menunggu jemputan bus di pinggir jalan.

Read more...

  © e-production