data camp sojol

>> Monday, February 23, 2009

Presented by: E.093.07.P.B.FS-UH
ini adalah data camp yang direkomendasikan oleh Team Ekspedisi Budaya Fuyul Sojol sebagai referensi bagi para petualang yang hendak melakukan pendakian ke Sojol. Team kami melalui jalur pantai timur dari Desa Bobalo dan Pebounang Kec Tomini Kab Parigi Moutong SulTeng. Dengan beberapa pertimbangan bahwa susahnya mencari medan yang cukup datar untuk tempat camp disamping itu alas an sumber air yang menjadi salah satu pertimbangan. Mengingat ketersediaan air tidak cukup memadai sepanjang jalur pendakian. Jalur yang kami lalui adalah jalur penduduk yang relative lebih singkat namun dengan rintangan medan yang cukup menantang, kalo bahasa anak-anak biasanya sih jalur penduduk diibaratkan kita kancing kompas…amba lurus saja mau turun mau terjal mau nukik tajam tiada peduli yang penting sampai…mungkin bisa dibayangkan bagaimana yah medannya..kalo boleh dibilang cukup berat. Mudah-mudahan data yang kami sajikan bisa memberikan bantuan kepada rekan-rekan yang membutuhkannya.
1. Camp I, 30 Desember 2008
LU : 0 29’ 45,4”
BT : 120 17’ 50,1”
Elevasi : 1012 mdpl
Flora : tumbuhan yang banyak tumbuh disekitar camp adalah pohon-pohon besar (nama tidak diketahui) dan tumbuhan menjalar seperti akar-akaran. Jika kita pandai-pandai berkomunikasi dengan penduduk setempat maka ada kemungkinan untuk memperoleh makanan seperti pisang, umbi-umbian serta sayuran. Berhubung dari camp ini kita masih bisa menjangkau beberapa rumah penduduk yang berdiri secara terpisah.
Fauna : serangga seperti semut merah
Sumber air : dekat rumah penduduk sebelum camp I, dengan jarak tempuh ±45 menit
2. Camp II, 31 Desember 2008 – 01 Januari 2009
LU : 0 30’ 41,5”
BT : 120 17’ 33,3”
Elevasi : 1573 mdpl
Flora : tanaman dominannya adalah pepohonan besar dan tanaman rotan, tak ada tanaman yang bisa dijadikan sebagai penambah makanan.
Fauna : Serangga seperti tawon, burung, semut, lipan
Sumber air : sekitar 300 meter dari camp II ke arah barat, dengan jarak tempuh ±30 menit melewati medan yang terjal dan sumber air yang sangat tersembunyi.
Team bertahan selama sehari lagi karena terkena badai dahsyat…sumber air yang kami dapatkan
Sebenarnya sangat tersembunyi kalo kemudian kami menemukannya itu juga karena bantuan penduduk yang kebetulan melintas di sekitar camp sehingga salah seorang teman yang mampu berkomunikasi baik dalam bahasa lauje berhasil membujuk mereka untuk kemudian mengantar kami pada sumber air tersebut. Sebenarnya kami mencapai tempat ini begitu awal sekitar jam3 namun setelah di survey ke depan tak ada tempat yang cukup memadai untuk tempat camp selain alas an klasik karena kita ingin melewati malam tahun baru di medan yang cukup terbuka. Kebetulan tempat ini cukup terbuka untuk sekedar menikmati senja dan fajar.
3. Camp III, 02 Januari 2009 (tepi Sungai Ansibong)
LU : 0 32’ 23”
BT : 120 16’ 57,8”
Elevasi :  900 mdpl (data tidak akurat karena awan tebal)
Flora : tumbuhan merambat yang daunnya seperti daun sirih tetapi ukurannya lebih besar, pepohonan besar.
Fauna : ulat-ulat, semut hitam, serangga,burung
Sumber air : Sungai Ansibong
Tempat hanya cukup memuat 3 tenda dome yang berkapasitas 5 orang dikarenakan berbatu juga terhalang oleh bibir bukit yang cukup terjal.
4. Camp IV, 03 Januari 2009 (samping Gereja Ansibong)
LU : 0 32’ 57”
BT : 120 16’ 19”
Elevasi : 1030 mdpl
Fauna : babi peliharaan penduduk, ayam dan burung Nuri
Flora : Ubi jalar, Ubi kayu, Mangga, Jeruk nipis, Jagung, kakao, talas, bambu
Sumber air : air pancuran yang biasa dipakai penduduk untuk mengambil air, berada jauh dari pemukiman dan menurun tajam dari gereja dengan jarak tempuh ±30 menit
Untuk pendaki yang melakukan pendakian normal saya kira tidak cocok mendirikan tenda disini karena hanya membutuhkan waktu 3-4 jam pendakian dari camp III. Alasan kenapa kami memilih camp di sini karena team hendak melakukan observasi masyarakat bela yang kebetulan banyak bermukim di sekitar gereja, demikian untuk melengkapi data observasi kami. Jika perjalanan dilanjutkan kemungkinan besar dapat mencapai tempat seperti yang kami sebut camp V dibawah ini, asal jalannya laju…cepat…pasti dapat apalagi kita banyak istirahat termasuk menghabiskan sekitar 2 jam untuk menikmati jagung bakar yang ditawarkan oleh orang bela.
5. Camp V, 04 Januari 2009
LU : 0 33’ 41”
BT : 120 15’ 57”
Elevasi : 1192 mdpl
Flora : selain pepohonan, terdapat juga akar rambat yang di sebut Autang yang menghasilkan air dari batangnya jika dipotong, air tersebut dapat diminum.
Fauna : semut
Sumber air : berada jauh dari pusat camp dan memerlukan waktu sekitar ±25 menit, berada di sebelah kanan jalan penduduk atau sesudah camp yang kami tempati.
Untuk akses kependuduk cukup memadai karena camp ini berada tidak jauh dari rumah penduduk hanya butuh waktu tempuh 10 menit. Medannya cukup rata sehingga kita bisa leluasa mendirikan dome.
6. Camp VI, 05 Januari 2009
LU : 0 34’ 38,9”
BT : 120 14’ 14,5”
Elevasi : 2018 mdpl
Flora : rotan, pepohonan besar
Fauna : serangga
Sumber air : kurang lebih 300 meter dari tempat camp, menurun di sebelah kanan jalan dengan jarak tempuh ±30 menit.
Ini adalah camp terakhir sebelum kepuncak..hawanya mulai cukup dingin. Medannya cukup datar untuk tempat nginap.
Perjalanan pulang
a. Camp VII, 06 Januari 2009
LU : 0 34’ 38,9”
BT : 120 14’ 14,5”
Elevasi : 2018 mdpl
Sumber air : kurang lebih 300 meter dari tempat camp, menurun di sebelah kanan jalan dengan jarak tempuh ±30 menit
Informasi sama dengan camp diatas.
b. Camp VIII, 07 Januari 2009 (Sungai Palasa)
LU : 0 33’ 11,3”
BT : 120 16’ 15,6”
Elevasi : 957 mdpl
Sumber air : Sungai Palasa

c. Camp IX, 08 Januari 2009
LU : 0 31’ 24,2”
BT : 120 16’ 27”
Elevasi : 1491 mdpl
Sumber air : berada disebelah kanan punggungan jalur dengan jarak tempuh ±40 menit.
Sebenarnya saat di gereja (camp 4) di atas kami tidak lagi melewati jalur kemari (camp III) melainkan kami mencoba jalur yang lebih mudah. Yakni dari gereja kami mengambil jalur ke kanan melewati lapangan helipet dan menyipir dibeberapa punggungan.
Data Tambahan: berhubung jarak sumber air rata-rata membutuhkan waktu tempuh yang lama jadi ada sebaiknya tim yang melakukan pendakian senantiasa waspada dan peduli terhadap persediaan air, dengan demikian jika menemukan adanya sumber air segera mengisi semua tempat air yang ada. Dan data camp yang kami berikan belum tentu bisa ditemukan secara pasti oleh pendaki lainnya, jadi untuk menghindari kekurangan air maka ada baiknya pendaki harus senantiasa siap siaga.

Read more...

…Sepenggal kisah di gunung sojol…

>> Monday, February 16, 2009

January 2009
Entahlah suasana berbalik begitu cepat, baru saja kami menikmati indahnya mentari pertama di awal tahun baru ini bersama kicauan burung, hembusan semilir angin, dan birunya lautan teduh yang membentang dari tempat kami menengadah semua mahakarya Tuhan. Saat kami mengemasi barang bawaan ke dalam carrier, tiba-tiba angin menerobos dan mencoba merubuhkan lima tenda dome yang masih berdiri gagah diatas pasaknya,lama kelamaan sang angin memanggil kawannya, maka datanglah sang hujan…butiran air yang tadinya tak begitu nakal mulai meninggikan suaranya…sang angin tak mau kalah ia mulai bersenang-senang mendengdangkan ekornya kepepohonan…semakin kencang…kencang dan menjadilah ia yang torang sebut badai.
Kini gumpalan awal tebal mulai menari riang diatas kami, memainkan dedaunan dari tanah sampai terayung ke angkasa, mematahkan ranting lalu menerbangkannya sesukanya saja tanpa meminta persetujuan kami yang ada disitu, merobohkan pohon-pohon tua yang tak berdosa, lalu dengan irama angin timur menggoyangkan pepohonan seperti goyangan dangduters di televisi seksi tapi mengerikan, bukan main!
Ada 14 pasang mata yang menyaksikan pertunjukan alam yang mahadahsyat itu…entah apa yang sedang bermain diotak nakal mereka…adakah yang menyesal melakukan pendakian diawal januari ini?atau adakah yang sedang mencoba menggombal Tuhannya agar melindunginya dari kebingasan alam yang sedang mempertontonkan Powernya?atau mungkin sedang mereka senang menikmati pertunjukan demikian, melihat lekuk seksi sang angin saat menggerayangi tubuh pepohonan, menikmati aroma alam yang terpancar dari daun Ebony yang marah?entahlah atau aku saja yang lagi mengacaukan analogi sendiri.
Kuranglebih empat jam kami terkurung dalam pentas alam yang tak berpenggung…sang sutradara mungkin sedang membaca pikiran penontonnya yang kacaubelia…ini adalah hari kedua perjalan team Ekspedisi Budaya Fuyul Sojol, dan sekaligus sambutan yang kedua kalinya dengan pementasan tema yang sama…badai…tanggal 30 des 08 kemarin torang juga disambut badai sebagai sambutan awal pendakian untungnya pertunjukan cepat diredam oleh hadirnya sang mentari yang datang sebagai dewa penolong.
Aku ingat persis saat temanku, Patrik, diterpa patahan ranting, sampe bokong memerah dan kadang ia merasa sakit ketika mulai memakai carriernya, ada juga yang bibirnya so pucat sekali…ada yang pura-pura jogging saking dinginnya tapi ada yang tetap sumringah dengan wajah yang takberdosa…sepertinya ia sudah mulai akrab dengan badai seperti ini namun tidak bagiku, ini adalah cerita pertama saat aku terkena badai…maklum jam terbang masih hijau…sekitar jam sebelas badai mulai meminta diri untuk keluar dari pertunjukan, beberapa orang yang tadinya merasa down sudah kembali berbesar hati melanjutkan perjalan ke puncak…baru juga pos IInya torang.
Langkah antisipasi yang coba kami ambil adalah bertahan di camp ini, membaca tanda-tanda alam. Keesokan harinya perjalana baru dilanjutkan kembali. Satu hal yang memotivasi langkah ini adalah tanggungjawab yang sedang kami emban…jauh di selatan sana teman-teman di edelweis menaruh harapan kelak team yang lima kepala ini bisa menancapkan kesuksesan Ekspedisi. Inilah wujud cinta kepada edelweisku…setitik bakti yang tak bisa ku beri harga…
Team ekspedisi sojol terdiri dari (edelweis unhas)anti,ati.patrik,fahry dan wawan sebagai team inti dan beberapa Team pendukung lainnya antaranya;(sagarmatha Untad)Indra,Ibnu dan ustat;(Galara Untad) Uchim dan Unus;(Santigi Untad)Yoyo;(Kumtapala Untad)Lilo,(KPA Erapal)Unding;(Impala SPB)Ikra. Team ini berhasil menjejakkan kaki dipuncak sojol pada hari ke-7 yakni tanggal 06 januari 2009. Sesaat menjelang puncak, kami kembali disambut sang badai sekaligus menjadi saksi suara takbir yang dikumandangkan Ustat di Puncak Sojol. Kalo boleh dikata perjalanan kami menghabiskan dua kalender yakni 2008 dan 2009, itungan kasarnya setaonlah.
Aku hamper lupa menuturkan keramahan suku Lauje atau yang biasa di sebut bela dengan sumpit beracunnya. Tak seperti informasi yang kuketahui sebelumnya katanya bela ini bisa memangsa manusia…tapi tidak…mereka ramah dengan rasa social yang tinggi. Buktinya selama memasuki area perkampungan bela ini, mereka menjaga kami supaya bisa pulang dengan selamat.
thanks to KPA Lambotan and MAPATALA UNTAD
I just wanna say ‘its not a story of total adventure but it leads us in learning process how to know yours or the others (everything out of you)…nature is god itself
Dituturkan oleh Erwanti Abdullah

Read more...

  © e-production